Menu

Mode Gelap

Opini ˇ¤ 29 Agu 2025 11:42 WIB

Hidangan Mewah di Atas Darah Rakyat

Ilustrasi, (dok. Media Center NU Purwakarta) Perbesar

Ilustrasi, (dok. Media Center NU Purwakarta)

Oleh Dzikri Abazis Subekti, S.H. M.H

Di jalanan, rakyat berteriak. Gas air mata menyesakkan napas, pentungan aparat menghantam tubuh, dan jerit tangis kehilangan nyawa kembali terdengar. Negeri ini seolah tak lagi punya ruang aman bagi rakyat yang ingin bersuara. Demonstrasi yang seharusnya jadi bahasa demokrasi, justru dibungkam dengan kekerasan.

Sementara itu, di gedung megah bercahaya, para pejabat tinggi dan wakil rakyat duduk manis berbalut jas mahal. Di hadapan mereka tersaji hidangan mewah, gelas kristal berisi minuman hangat, dan tawa renyah di balik kursi empuk. Dari balik jendela kaca tebal, mereka melihat rakyat bentrok dengan polisi seperti tontonan murahan di panggung sandiwara.

Baca Juga  Catatan Pengantar Konferwil XVII GP Ansor Jawa Barat

Ironi ini menampar nurani: rakyat yang memilih mereka dipaksa berdarah, sementara mereka yang dipilih justru bersembunyi di balik kemewahan dan kepalsuan. Koruptor masih melenggang, kekuasaan masih dipertontonkan, dan rakyat lagi-lagi dikorbankan.

Aparat dan rakyat dipaksa berhadapan—dua pihak yang sejatinya sama-sama anak bangsa. Yang satu diseret oleh perintah, yang lain terhimpit oleh kebutuhan. Dan di atas mereka, segelintir elit politik tersenyum puas, sebab keributan di bawah membuat singgasana mereka tetap aman.

Baca Juga  Sejarah Pasti Berulang

Jika negeri ini terus membiarkan darah rakyat jadi alas kenyamanan penguasa, maka sejarah kelak akan menulis: para pejabat negeri ini pernah makan kenyang di atas penderitaan bangsanya sendiri. Demokrasi mati bukan karena suara rakyat hilang, melainkan karena wakil rakyat sendiri menutup telinga.

 

KOIN NU PURWAKARTA

Scan QR Code di bawah atau klik tombol "Donasi Sekarang" untuk memberikan Koin NU via DANA.

QR Code Koin NU via DANA
Donasi Sekarang

Terima kasih atas dukungan Anda!

Disclaimer: Koin NU ini dikelola oleh PCNU Purwakarta.

Artikel ini telah dibaca 25 kali
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Baca Lainnya

[OPINI] Gus Yaqut, KPK, dan Nama PBNU yang Disebut-sebut

20 September 2025 - 19:36 WIB

[OPINI] IPNU Purwakarta: Pemimpin Baru yang Hanya Jadi Wayang

14 September 2025 - 15:47 WIB

Menguji Demokrasi Indonesia Pasca Reshuffle Kabinet

10 September 2025 - 09:43 WIB

Masyarakat dan Polisi: Dua Korban dalam Tata Kelola Negara yang Ugal-ugalan

30 Agustus 2025 - 08:47 WIB

Sejarah Pasti Berulang

14 Agustus 2025 - 08:50 WIB

Jika Indonesia Gelap, Terangilah!

14 Agustus 2025 - 08:43 WIB

Trending di Opini
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x