nupurwakarta.or.id – Kalau biasanya rapat identik dengan suasana tegang dan wajah serius, lain halnya dengan Rapat Persiapan Hari Santri Nasional 2025 yang digelar di Aula PCNU Kabupaten Purwakarta pada Minggu (12/10/2025). Rapat ini justru terasa seperti ngopi bareng yang kebetulan membahas agenda besar.
Seluruh perwakilan MWC se-Kabupaten Purwakarta, para ketua banom, dan perwakilan lembaga NU tumplek blek di aula. Bukan hanya membahas rundown acara, tapi juga adu ide soal bagaimana Hari Santri tahun ini bisa lebih berwarna, lebih bermakna, dan tentu saja lebih heboh dari tahun lalu.
Ketua PCNU Purwakarta, KH. Ahmad Anwar Nasihin, yang memimpin langsung rapat itu, tampil santai tapi tajam dalam menyampaikan pesan. Beliau mengingatkan bahwa Hari Santri bukan cuma tentang barisan sarung dan upacara bendera, tapi tentang roh perjuangan yang diwariskan para ulama.
“Dari tahun ke tahun kita selalu melaksanakan Hari Santri, tapi itu bukan hanya seremonial saja. Dampaknya harus terasa oleh masyarakat, oleh santri-santri kita, dan oleh para kiai kita,” ujar KH. Ahmad Anwar Nasihin sambil sesekali menghisap rokok dan meneguk kopi hangat di hadapannya.
Pimpinan Pondok Pesantren Liung Gunung Plered tersebut juga menekankan pentingnya menjaga spirit Resolusi Jihad, agar semangat perjuangan santri tempo dulu tetap hidup di dada generasi sekarang.
“Kalau di Indonesia ini tidak ada peran pesantren, kiai, dan santri, Indonesia ini tidak akan sekuat sekarang. Bahkan Pancasila pun tidak akan sekuat sekarang,” tegasnya, disambut anggukan dari para peserta yang sebagian sibuk mencatat, sebagian lagi sibuk mencatat notulen dan desain famplet.
Rapat berlangsung dalam suasana cair, khas NU, serius tapi santai, ngaji tapi gaul. Satu hal yang pasti, semangat untuk menjadikan Hari Santri 2025 lebih bermakna benar-benar terasa.
Ketua Panitia Hari Santri Nasional di PCNU Kabupaten Purwakarta, Ajengan Acep Munawar Saepunawawi atau yang akrab dusapa Gusmun menutup rapat dengan kalimat yang langsung disambut tawa:
“Kita boleh rapat santai, tapi hasilnya harus mantap, berkah, dan bermanfaat!”
Dan seperti tradisi tak tertulis di setiap kegiatan NU, rapat pun resmi berakhir setelah gelas kopi terakhir tandas – karena di dunia santri, kopi adalah bahan bakar perjuangan, bukan sekadar minuman.***
KOIN NU PURWAKARTA
Scan QR Code di bawah atau klik tombol "Donasi Sekarang" untuk memberikan Koin NU via DANA.
Donasi Sekarang
Terima kasih atas dukungan Anda!
Disclaimer: Koin NU ini dikelola oleh PCNU Purwakarta.







Tinggalkan Balasan