Menu

Mode Gelap

Taushiyah ˇ¤ 20 Jul 2025 18:50 WIB

Renungan: Jangan Pernah Tertipu dengan Penampilan, Heningnya Kubur Bukan Berarti Tanpa Siksaan

Chabib Abdullah bin Muhsin BSA / Pengurus PCNU Kabupaten Purwakarta (Dok. Istimewa) Perbesar

Chabib Abdullah bin Muhsin BSA / Pengurus PCNU Kabupaten Purwakarta (Dok. Istimewa)

Oleh: Chabib Abdullah Bin Muhsin, BSA

Dalam kehidupan ini, kita sering kali terjebak dalam penilaian berdasarkan penampilan. Kita terpesona oleh keindahan wajah, harta yang melimpah, jabatan yang tinggi, atau ucapan yang manis. Kita menaruh harapan pada manusia seolah-olah mereka abadi, sempurna, dan tak tergoyahkan. Padahal, segala yang tampak bukanlah cermin sejati dari apa yang tersembunyi.

Kalimat bijak mengatakan, “Jangan pernah tertipu dengan penampilan, sebab heningnya tanah kubur, bukan berarti semua pemiliknya bebas dari siksaan.” Ungkapan ini bukan sekadar nasihat keagamaan, tetapi refleksi mendalam tentang makna kehidupan, kematian, dan nasib akhir manusia. Kuburan bisa tampak tenang, rapi, bahkan dihiasi bunga segar setiap hari. Namun, kita tak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi pada penghuninya. Bisa jadi di balik tanah yang sunyi itu, ada jiwa yang sedang merintih, disiksa, atau menyesal atas hidup yang dijalani dengan keliru.

Banyak orang menilai keberhasilan seseorang dari ukuran duniawi. Bila seseorang kaya, terkenal, dihormati, atau memiliki pengaruh besar, maka ia dianggap mulia. Padahal, ukuran mulia atau tidak bukan terletak pada seberapa megah kehidupan di dunia, tapi bagaimana kualitas hubungan seseorang dengan Tuhannya, sesama manusia, dan dirinya sendiri. Banyak orang yang di dunia tampak hina, sederhana, bahkan dipandang sebelah mata, tetapi di sisi Allah, mereka lebih mulia dari raja sekalipun.

Tanah kubur tak bisa kita baca seperti membaca buku. Ia sunyi, diam, namun menyimpan kisah yang jauh lebih dalam dari sekadar nisan dan batu. Di dalamnya, seseorang tak lagi bisa berdusta, tak bisa menipu, dan tak bisa memperbaiki kesalahan. Segala yang pernah dilakukan di dunia menjadi nyata. Lidah yang sering menyakiti, tangan yang menindas, kaki yang melangkah ke tempat maksiat — semua menjadi saksi. Tidak ada lagi pembelaan dari pengacara, tidak ada lagi pujian dari para pengikut, tidak ada lagi kekuasaan yang bisa dibanggakan. Yang tinggal hanyalah amal.

Kita sering lupa bahwa kehidupan ini fana. Dunia bukan tujuan akhir, melainkan jalan menuju kehidupan yang sejati. Kubur adalah pintu pertama menuju akhirat. Di sanalah seseorang akan memetik apa yang pernah ia tanam. Bila baik yang ditanam, maka bahagialah ia dalam keheningan kubur itu. Tapi bila keburukan yang dominan, maka sepi itu bisa berubah menjadi jeritan yang tak terdengar oleh dunia.

Maka berhati-hatilah. Jangan kita tertipu oleh orang-orang yang tampak bersinar di hadapan manusia, tetapi gelap di hadapan Tuhan. Jangan pula kita sombong bila kita sendiri merasa tampak baik di mata orang, sebab belum tentu kita benar-benar baik dalam pandangan Yang Maha Mengetahui. Juga jangan rendah diri bila kita hanya hidup sederhana, sebab bisa jadi kita lebih tenang dan bahagia kelak di alam barzakh dibandingkan mereka yang hidup dengan kemewahan tapi miskin amal.

Heningnya tanah kubur adalah pengingat bahwa hidup bukan sekadar tentang apa yang bisa dilihat. Hati yang bersih, lisan yang jujur, perbuatan yang ikhlas — itulah bekal sejati. Orang yang cerdas adalah orang yang banyak mengingat mati, dan mempersiapkan diri untuknya. Karena ketika kita wafat, kita tak akan ditanya seberapa besar rumah kita, seberapa mewah kendaraan kita, atau seberapa banyak pengikut kita di media sosial. Yang akan ditanya adalah apa yang kita lakukan dengan hidup yang diberi.

Maka mari kita jaga niat, luruskan langkah, dan perbanyak amal. Dunia ini sementara, tetapi akhirat adalah selamanya. Semoga keheningan tanah kubur kita kelak menjadi tanda kedamaian, bukan azab yang tersembunyi.

Penulis adalah pegiat sosial dan keagamaan di Kabupaten Purwakarta.

 

KOIN NU PURWAKARTA

Scan QR Code di bawah atau klik tombol "Donasi Sekarang" untuk memberikan Koin NU via DANA.

QR Code Koin NU via DANA
Donasi Sekarang

Terima kasih atas dukungan Anda!

Disclaimer: Koin NU ini dikelola oleh PCNU Purwakarta.

Artikel ini telah dibaca 9 kali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Renungan Hidup Islami: Mengendalikan Hawa Nafsu, Ikhlas, dan Bersyukur

3 Oktober 2025 - 09:20 WIB

Tata Cara Wudhu yang Benar Menurut Sunnah Nabi

9 Agustus 2025 - 13:49 WIB

Kenikmatan Sempurna Antara Guru dan Murid

3 Agustus 2025 - 22:47 WIB

Haji Menurut Gus Dur: Ibadah Spiritual dengan Jiwa Sosial

16 Mei 2025 - 15:46 WIB

Keteladanan Ulama: KH Afifuddin Muhajir Kenang Perjuangan KH As’ad Syamsul Arifin

7 Mei 2025 - 18:25 WIB

10 Amalan Sunnah Rasulullah Sehari-hari yang Mudah Diamalkan dan Penuh Keberkahan

5 Mei 2025 - 19:02 WIB

Trending di Taushiyah