nupurwakarta.or.id – Ketua PCNU Purwakarta, Ajengan Ahmad Anwar Nasihin, mengingatkan warga Nahdlatul Ulama (NU) untuk tetap menjaga persaudaraan dan saling menghormati meskipun berbeda pilihan dalam Pilkada Purwakarta 2024. Hal ini disampaikannya dalam sambutan penutupan PD-PKPNU Angkatan ke-9.
“Politik NU adalah politik kebangsaan, bukan politik praktis,” tegas Ajengan Ahmad Anwar. “Kita harus saling menghormati satu sama lain, meskipun berbeda pilihan, jangan sampai saling bermusuhan.”
Ajengan Anwar juga menekankan bahwa siapa pun calon bupati yang terpilih nanti, dia adalah pemimpin masyarakat Purwakarta dan tidak boleh membeda-bedakan masyarakatnya. “Politik itu dinamis, sewaktu waktu bisa berubah. Yang penting dalam kontestasi politik adalah sportifitas, adu gagasan, dan kompetensi,” imbuhnya.
Baca Juga : Purwakarta Gelar Serangkaian Kegiatan Meriah untuk Peringati Hari Santri Nasional 2024
Ia juga mengajak warga NU untuk menentukan pilihan dari keempat calon bupati sesuai dengan hati nurani dan seleranya masing-masing. “Warga NU di Kabupaten Purwakarta memiliki hak konstitusi untuk menyalurkan hak suaranya pada tanggal 27 November 2024. Warga NU tidak boleh golput,” tegasnya.
Lebih lanjut, Pimpinan Pondok Pesantren Liung Gunung Plered tersebut menjelaskan bahwa NU adalah organisasi formal dengan kaderisasi dan struktur yang jelas. “NU mempunyai struktur dari pusat sampai ranting, punya aturan AD/ART dan Perkum organisasi, tidak bisa asal-asalan dalam bersikap di politik praktis,” jelasnya.
Baca Juga : LP Ma’arif NU Purwakarta Apresiasi Suksesnya Kemah Moderasi LP Ma’arif NU Jawa Barat
Oleh karena itu, NU tidak bisa mendeklarasikan dukungan kepada pasangan calon bupati. “NU bukan organisasi lokal, bukan organisasi alumni pesantren, atau bukan organisasi majelis pengajian. NU itu milik masyarakat Indonesia dan milik semua calon,” tegasnya.