Oleh Satria Cinta
Masih ingat beberapa tahun silam, pernah viral dan menghebohkan jagat Nusantara kisah seorang yang gemar membagikan uang, bahkan uang itu dibawa menggunakan mobil pikap? Ya, siapa lagi kalau bukan Syeh Puji—yang juga sempat menggemparkan publik karena menikahi seorang gadis di bawah umur. Lalu, ke mana sekarang Syeh Puji? Bagaimana dengan aksi pamer dan bagi-bagi uangnya?
Dalam perjalanan saya kemarin dari Pekalongan menuju Purwakarta, saya bertemu dengan seorang narasumber yang pernah berbincang langsung dengan Syeh Puji. Menurutnya, pertemuan itu terjadi di sebuah pesantren di Cianjur.
Berdasarkan penuturan narasumber, kedatangan Syeh Puji ke Cianjur kala itu dilatarbelakangi kegelisahan hati atas apa yang telah ia lakukan. Syeh Puji menyadari bahwa uang yang dibagikan bukanlah miliknya. Namun, setiap hari banyak orang datang mengantre untuk meminta sumbangan, tak jarang sambil memuji-muji secara berlebihan—mungkin bisa disebut “menjilat.”
Masih menurut narasumber, aksi Syeh Puji tersebut tidak sepenuhnya murni keinginan pribadinya. Ada aktor intelektual di balik semua itu. Artinya, uang yang dibagikan bukan milik Syeh Puji sendiri. Jika sewaktu-waktu pemilik uang tersebut menarik kembali hartanya karena suatu alasan, maka Syeh Puji akan kembali menjadi dirinya yang “sebenarnya.”
Alhamdulillah, baru-baru ini Syeh Puji mewakafkan sebidang tanah untuk sebuah pesantren di Jawa Timur. Kini, ia dikabarkan menjadi pribadi yang lebih baik dan hidup dengan penuh ketenangan.
Sejarah pasti berulang. Sosok-sosok seperti Syeh Puji mungkin akan kembali muncul di zaman ini. Hanya orang yang benar-benar ikhlas karena Allah yang mampu melihat fenomena ini dengan jernih. Di satu sisi, mereka terlihat sebagai dermawan karena framing media dan tim pendukungnya. Namun, di sisi lain, tak sedikit orang yang menjadi korban kezhaliman dan kebohongan.
Bagi para penjilat, orang seperti ini adalah ladang dan sumber “basah.” Namun, bagi mereka yang berani mengatakan bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, mereka justru akan dihabisi sebisa mungkin. Bahkan, ada oknum ustaz yang pekerjaannya mencari-cari dalil untuk membenarkan tindakan tertentu demi mendapatkan imbalan.
Satu ungkapan dari narasumber yang sangat saya sukai adalah:
“Jika seseorang memang dermawan ikhlas karena Allah, ia akan mendahulukan orang yang membutuhkan, tanpa banyak pikir, tanpa syarat ini dan itu, tanpa harus lapor sana sini atau minta rekomendasi sana sini.”
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari semua peristiwa, karena selalu ada hikmah di baliknya. Bahkan kesombongan Firaun dan Qarun sekalipun merupakan pelajaran bagi orang-orang yang mau menggunakan akalnya.
Ditulis pada Sabtu, 13 Agustus 2022
KOIN NU PURWAKARTA
Scan QR Code di bawah atau klik tombol "Donasi Sekarang" untuk memberikan Koin NU via DANA.

Donasi Sekarang
Terima kasih atas dukungan Anda!
Disclaimer: Koin NU ini dikelola oleh PCNU Purwakarta.