Menu

Mode Gelap

Opini ¡¤ 30 Agu 2025 08:47 WIB

Masyarakat dan Polisi: Dua Korban dalam Tata Kelola Negara yang Ugal-ugalan

Masyarakat dan Polisi: Dua Korban dalam Tata Kelola Negara yang Ugal-ugalan Perbesar

Masyarakat dan Polisi: Dua Korban dalam Tata Kelola Negara yang Ugal-ugalan

Oleh: Dzikri Abazis Subekti, S.H., M.H.

Dalam hiruk pikuk demokrasi yang kita jalani hari ini, benturan antara masyarakat dan aparat kepolisian kembali menjadi tontonan tragis. Jalan-jalan penuh dengan demonstrasi, teriakan menggema di udara, dan sayangnya, tidak jarang berujung pada luka bahkan korban jiwa. Sekilas, masyarakat dan polisi ditempatkan pada posisi yang berlawanan. Namun, jika kita melihat lebih dalam, sesungguhnya keduanya berada di perahu yang sama: sama-sama korban dari pengelolaan negara yang ugal-ugalan.

Masyarakat turun ke jalan bukan semata-mata karena hobi berdemo, melainkan akibat kekecewaan dan rasa frustasi atas kebijakan negara yang tidak berpihak. Sementara polisi, dengan segala atribut kekuasaan yang melekat, sesungguhnya hanyalah alat negara yang diperintahkan untuk mengamankan kebijakan tersebut betapapun keliru kebijakan itu di mata publik. Di sinilah letak ironi: rakyat yang menuntut keadilan dan aparat yang menjaga ketertiban dipaksa berhadapan, padahal keduanya sama-sama dikhianati oleh elite politik yang nyaman dengan kursi empuk dan fasilitas mewahnya.

Baca Juga  Logo Hari Santri 2024 dan Persiapan Kemenag: Gus Adung Tekankan Edukasi dan Dampak Bagi Seluruh Santri

Sebagai akademisi hukum, saya melihat akar persoalan ini bukan semata pada masyarakat atau polisi, melainkan pada penguasa dan lembaga legislatif yang lalai menjalankan fungsi dasar demokrasi: menghadirkan keadilan sosial, melindungi hak rakyat, dan mengelola negara dengan akal sehat. Alih-alih menjadi ruang partisipasi, demokrasi hari ini justru berubah menjadi panggung oligarki di mana kepentingan rakyat dan aparat dipertaruhkan demi kepentingan segelintir elite.

Oleh karena itu, masyarakat dan polisi tidak seharusnya terus-menerus dibiarkan berhadap-hadapan. Yang perlu disorot dan dimintai pertanggungjawaban adalah para penguasa yang mengendarai demokrasi secara serampangan. Saatnya publik menyadari bahwa musuh bersama bukanlah sesama anak bangsa, melainkan tata kelola negara yang rusak.

Baca Juga  PCNU Purwakarta Rampungkan Konsolidasi Keliling di Campaka

Jika masyarakat dan polisi sama-sama memahami posisi ini, maka akan muncul solidaritas baru yang lebih sehat: bukan saling memukul di jalanan, melainkan bersatu untuk menagih janji keadilan dari mereka yang duduk di kursi kekuasaan.

 

KOIN NU PURWAKARTA

Scan QR Code di bawah atau klik tombol "Donasi Sekarang" untuk memberikan Koin NU via DANA.

QR Code Koin NU via DANA
Donasi Sekarang

Terima kasih atas dukungan Anda!

Disclaimer: Koin NU ini dikelola oleh PCNU Purwakarta.

Artikel ini telah dibaca 88 kali
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Baca Lainnya

[OPINI] Gus Yaqut, KPK, dan Nama PBNU yang Disebut-sebut

20 September 2025 - 19:36 WIB

[OPINI] IPNU Purwakarta: Pemimpin Baru yang Hanya Jadi Wayang

14 September 2025 - 15:47 WIB

Menguji Demokrasi Indonesia Pasca Reshuffle Kabinet

10 September 2025 - 09:43 WIB

Hidangan Mewah di Atas Darah Rakyat

29 Agustus 2025 - 11:42 WIB

Sejarah Pasti Berulang

14 Agustus 2025 - 08:50 WIB

Jika Indonesia Gelap, Terangilah!

14 Agustus 2025 - 08:43 WIB

Trending di Opini
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x