Menu

Mode Gelap

Tokoh · 8 Jun 2025 21:54 WIB

Abah Cipulus dan Warisan yang Tak Pernah Mati

Perbesar

Almarhum Abah Cipulus (Dok. Istimewa)

KH. Adang Badruddin, atau yang kita kenal sebagai Abah Cipulus, lahir pada 1 Januari 1943 dan wafat pada 3 Agustus 2020. Tapi nama beliau tidak pernah benar-benar hilang. Ia tetap hidup dalam kesaksian para santri, dalam zikir masyarakat, dan dalam denyut pesantren yang ia warisi dengan cinta dan laku yang konsisten.

Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah di Cipulus, Purwakarta, Abah Cipulus telah mewakili satu generasi kiai Jawa Barat yang tidak hanya mengajarkan agama, tapi mempraktikkannya dalam kehidupan sosial, budaya, dan politik secara santun dan mengakar.

Kiai yang Membumi

Abah bukan tipikal kiai menara gading. Ia adalah pengayom, seorang guru yang mau menanam, beternak, dan bercocok tanam bersama santri. Gaya hidupnya sederhana, tapi bukan berarti pasif. Justru, beliau mengajarkan kemandirian dan etos kerja dalam bingkai spiritual. Ia sering menyampaikan bahwa menjadi santri bukan berarti menjadi beban umat, tapi tulang punggung umat.

Dalam kegiatan sehari-hari, ia lebih sering ditemui di ladang daripada kantor. Tapi ketika bicara soal fiqih, akidah, dan tasawuf, beliau begitu dalam. Ia mengaji Ihya’ ‘Ulumiddin, Fathul Wahhab, hingga tafsir, bahkan di usia senja, membuktikan bahwa ulama sejati belajar hingga akhir hayat.

Pewaris Tradisi, Penjaga Akidah

Abah Cipulus adalah benteng tradisi Islam Nusantara. Ia merawat ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah an-Nahdliyah dengan pendekatan khas Sunda—penuh kelembutan, humor, dan kearifan lokal. Melalui syi’ir, shalawat, dan kegiatan tahlil, beliau mengajarkan Islam yang teduh, ramah, dan mengakar dalam budaya masyarakat.

Di tengah gelombang ideologi yang mengikis tradisi, Abah berdiri teguh. Beliau tak gamang untuk berkata bahwa tawassul, istighatsah, dan haul bukan bid’ah, tapi bagian dari cinta kepada para wali dan ulama. Sikap ini membuatnya begitu dicintai warga NU, dari kampung hingga pengurus cabang.

Politik sebagai Pengabdian, Bukan Pangkat

Abah juga sempat berkiprah di dunia politik—menjabat sebagai Rais Syuriah PCNU Purwakarta dan Wakil Rais Syuriah PKB Jawa Barat. Tapi baginya, politik bukan panggung kekuasaan, melainkan alat untuk memperjuangkan kepentingan umat. Ketika kesehatan tak lagi memungkinkan, beliau undur diri tanpa polemik. Sikap ini menjadi pelajaran penting di zaman ketika jabatan kadang lebih diperebutkan daripada ditunaikan.

Kehangatan yang Dirindukan Santri

Salah satu warisan paling indah dari Abah adalah kehangatan personalnya. Ia hadir dalam suka dan duka santri. Ketika seorang santri sakit, beliau pinjamkan kendaraan pribadinya. Ketika ada yang menikah, beliau turut hadir dan mendoakan. Semua itu dilakukan tanpa pamrih, hanya karena cinta—cinta seorang guru kepada muridnya, dan cinta seorang pemimpin kepada umatnya.

Beliau Masih Ada, Dalam Kita

Kini Abah Cipulus memang telah wafat. Tapi warisan beliau tidak. Beliau hidup dalam setiap pengajian kitab kuning, dalam doa tahlilan, dalam cara kita mencintai tanah air dan agama secara bersamaan. Abah Cipulus adalah warisan besar dari Jawa Barat untuk Nusantara.

Selama pesantren tetap berdiri, santri terus belajar, dan warga NU masih mencintai kiai-kiai kampung seperti Abah, maka Abah Cipulus tidak pernah mati. Beliau hadir di hati, dalam akhlak, dalam napas umat.

Al-Fatihah.

Artikel ini telah dibaca 0 kali

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Baca Lainnya

Mengenang Haul Wafatnya Abah Cipulus KH. Adang Badruddin: Sosok Ulama Religius dan Gigih

9 Juni 2025 - 09:13 WIB

Profil Paus Leo XIV: Paus Pertama dari Amerika Serikat

9 Mei 2025 - 14:50 WIB

Keteladanan Ulama: KH Afifuddin Muhajir Kenang Perjuangan KH As’ad Syamsul Arifin

7 Mei 2025 - 18:25 WIB

Relasi Agama dan Negara dalam Perspektif Fiqih Siyasah

5 Mei 2025 - 19:41 WIB

Kang Deni Ahmad Haidari: Petani Pergerakan yang Menginspirasi

3 Mei 2025 - 17:41 WIB

Tokoh NU Purwakarta H. Uduy Durahman Wafat Saat Sholat Subuh

2 Mei 2025 - 17:16 WIB

Trending di Tokoh
wpDiscuz
0
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x