nupurwakarta.or.id — Pemerintah Provinsi Jawa Barat menguji coba pendekatan pendidikan karakter berbasis barak militer bagi siswa bermasalah pada 2025. Program ini digagas langsung oleh Gubernur Jawa Barat, KDM, dan diterapkan pertama kali di Kabupaten Purwakarta.
Purwakarta dipilih karena dianggap memiliki kesiapan infrastruktur dan kekayaan budaya lokal yang kuat untuk mendukung pembentukan karakter disiplin, tangguh, dan berbudaya.
Model pendidikan ini bukan pelatihan militer dalam arti sempit, melainkan pendekatan semi-militer yang menekankan pada disiplin, tanggung jawab, kerja sama, serta pembinaan mental dan fisik. Siswa peserta program tinggal di lingkungan asrama dengan jadwal yang ketat, pelatihan fisik, serta penguatan nilai kepemimpinan dan bela negara.
Program ini menuai beragam tanggapan dari masyarakat. Sebagian kalangan menilai langkah ini inovatif dalam menjawab krisis moral generasi muda, terutama di tengah gempuran pengaruh negatif media sosial. Namun, sejumlah pihak mengkritik pendekatan tersebut karena dinilai bisa mengekang kreativitas dan memberi tekanan psikologis berlebihan pada remaja.
Meski demikian, hasil awal dari uji coba menunjukkan perubahan positif. Siswa peserta program dinilai lebih disiplin, fokus belajar meningkat, serta tumbuhnya kembali rasa hormat terhadap guru dan orang tua.
Salah satu pihak yang turut mendukung program ini adalah Pagar Nusa, badan otonom Nahdlatul Ulama yang bergerak di bidang seni budaya dan olahraga pencak silat. Organisasi ini bahkan mengintegrasikan programnya dengan kebijakan pemerintah daerah melalui program bertajuk Silat PENDIKAR (Pendidikan Karakter) Purwakarta Istimewa.
Sekretaris Pagar Nusa Purwakarta, Nendi Apriki, menjelaskan bahwa Silat PENDIKAR mengacu pada filosofi Sunda yang dikenal dengan Panca Silat atau Panca Niti, yakni lima pijakan dalam pembentukan karakter.
“Kelima pijakan itu adalah: sumerah diri ka Gusti (Pendidikan Tauhid), hormat ka papada jalmi (Pendidikan Afektif), micinta lemah jeung cai (Pendidikan Nasionalisme), ajeg kayakinan diri (Identitas budaya dan jati diri Sunda), serta nebarkeun salam silaturrahmi (pengembangan kognitif, psikomotorik, dan prestasi),” ujar Nendi.
Ia menambahkan, pencak silat dalam program ini tidak hanya diajarkan sebagai seni bela diri, tetapi juga sebagai media penanaman nilai-nilai luhur.
“Pencak silat di Purwakarta merupakan bagian dari identitas budaya. Melalui program ini, siswa diajarkan nilai akidah, akhlak, nasionalisme, budaya, serta diasah keilmuannya. Diharapkan siswa menjadi pribadi berjiwa kesatria, menghormati guru dan orang tua, serta memiliki pengendalian diri,” tambahnya.
Pencak silat dalam Silat PENDIKAR dipadukan dengan nilai-nilai tradisional Sunda seperti seni gerak, musik pengiring (gendang pencak), serta filosofi hidup yang menyatu dalam setiap jurus.
Melalui integrasi seni, budaya, dan pendidikan karakter, program ini diharapkan dapat membentuk generasi muda yang kuat secara fisik dan mental, serta berakar pada kearifan lokal Purwakarta.
Kontributor: Nendi Apriki
