Musibah merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindari. Dalam Islam, musibah dipandang sebagai ujian dari Allah SWT untuk menguji kesabaran, memperkuat iman, dan menjadi sarana penghapus dosa bagi hamba-Nya.
Rasulullah SAW telah menegaskan bahwa setiap penderitaan, sekecil apa pun, seperti tertusuk duri, bisa menjadi sebab diangkatnya derajat dan dihapusnya dosa seorang mukmin. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Bukhari, ditekankan bahwa segala bentuk kesulitan yang dialami seorang Muslim, baik fisik maupun batin, membawa nilai pahala apabila dihadapi dengan sabar dan tawakal.
Tindakan yang Dianjurkan Saat Musibah
Dalam ajaran Islam, terdapat beberapa amalan yang disunnahkan ketika seseorang ditimpa musibah, di antaranya:
1. Mengumandangkan Adzan
Menurut Imam Ibnu Hajar al-Haitami dalam Tuhfatul Muhtaj, adzan tidak hanya dianjurkan dalam konteks shalat, namun juga dalam situasi tertentu di luar shalat, seperti saat kebakaran, gangguan makhluk halus, dan kondisi genting lainnya. Dalam konteks musibah, adzan berfungsi sebagai bentuk permohonan pertolongan dan perlindungan kepada Allah.
Meski demikian, pelaksanaan adzan ini merupakan sunnah kifayah, yang artinya cukup dilakukan oleh satu orang saja dalam sebuah komunitas. Sementara itu, yang lain tetap fokus pada penanganan bencana secara langsung.
2. Mengucapkan Kalimat Istirja’ (Tarji’)
Ucapan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un merupakan respon yang dianjurkan ketika seseorang menghadapi musibah, bahkan sekecil apapun bentuknya. Hadis dari Abu Hurairah yang dicantumkan Imam Nawawi dalam Al-Adzkar menyebutkan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan umatnya mengucapkan kalimat istirja’, bahkan saat tali sandal putus sekalipun.
Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir menambahkan bahwa hal tersebut merupakan bentuk penerimaan terhadap takdir Allah, yang juga menjadi sebab diampuninya dosa-dosa.
Hikmah di Balik Musibah
Musibah sejatinya bukan semata-mata penderitaan, melainkan juga pelajaran dan peringatan. Dari sudut pandang keimanan, musibah adalah sarana mendekatkan diri kepada Allah dan membersihkan hati. Sedangkan dari sisi sosial dan kebijakan, musibah bisa menjadi pemicu evaluasi, pembenahan sistem, dan penguatan mitigasi bencana agar ke depan kerugian yang sama tidak terulang.
Dalam menghadapi musibah, umat Islam diajarkan untuk tetap tegar dan optimis. Dengan menjalankan amalan seperti mengumandangkan adzan dan mengucapkan kalimat istirja’, diharapkan kita termasuk golongan orang yang sabar, yang mendapat ampunan serta rahmat dari Allah SWT.
Wallahu a’lam.
Penulis: Muhammad Ryan Romadhon, alumni Ma’had Aly Al-Iman, Bulus, Purworejo, Jawa Tengah.
Sumber: NU Online