Menu

Mode Gelap

Keislaman ¡¤ 12 Jun 2025 12:07 WIB

Arti Ma’rifat dan Thariqah

Arti Ma’rifat dan Thariqah Perbesar

Oleh: KH. Anhar Haryadi (Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ulum)

Ma’rifat berarti “mengerti dan mengenalâ€. Mengerti belum tentu mengenal, tetapi jika sudah mengenal, pasti mengerti. Dalam konteks ini, ma’rifat berarti mengenal Allah Swt., seperti mengenal sifat-sifat-Nya yang wajib, mustahil, dan jaiz. Namun pengenalan ini baru merupakan pondasi. Untuk mencapai pengenalan yang lebih dalam, kita harus senantiasa mendekat kepada Allah Swt., agar Dia pun mendekat kepada kita.

Banyak makhluk Allah yang sekadar mengerti, tetapi tidak mengenal-Nya. Ilmu ma’rifat mengajarkan kita untuk benar-benar mengenal Allah, dan dengan itu Allah pun akan mengenal kita. Namun, proses ini tidak mudah. Diperlukan amal dan ritual khusus agar kita dapat lebih dekat kepada-Nya serta tidak lalai dari mengingat-Nya.

Ketika dalam proses mengenal Allah kita sudah mencapai hubungan saling mengenal, itu menandakan bahwa kita semakin dekat dengan-Nya. Namun, tingkat kedekatan ini berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada tahapan spiritual yang telah dilalui. Oleh karena itu, wirid menjadi penting untuk mencapai tingkat ma’rifat yang tinggi.

Dalam thariqah, fokus utama adalah pensucian hati (tashfiyatul qulub) atau pembersihan jiwa (tazkiyatun nafs). Bacaan-bacaan wirid adalah sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Amalan utama dalam banyak thariqah adalah membaca kalimat “LÄ ilÄha illallÄh†atau menyebut “Allah†sebanyak-banyaknya sesuai ketentuan yang berlaku dalam masing-masing thariqah. Wirid bisa dilakukan secara sirr (pelan, dalam hati) maupun jahr (dengan suara keras).

Wirid terbaik sebenarnya adalah membaca Al-Qur’an. Dalam hadis disebutkan: “Barangsiapa ingin berbicara dengan Allah, maka bacalah Al-Qur’an.†Membaca kalimat thayyibah seperti “LÄ ilÄha illallÄh†menjamin surga bagi pengucapnya. Kalimat-kalimat lain seperti istighfar, shalawat, tahmid, tasbih, serta Asmaul Husna juga merupakan wirid yang biasa diamalkan Rasulullah Saw. dan para pengamal thariqah.

Tidak bisa dipungkiri, menjalani thariqah bukanlah perkara mudah. Kelalaian dalam mengamalkannya bisa berdosa karena amalan thariqah bersifat wajib bagi pengikutnya. Namun jika dilihat dari sisi positif, thariqah adalah proses untuk lebih mengenal Allah.

Thariqah juga mampu membersihkan dua penyakit utama dalam hati: kealpaan dan nuktah (kotoran batin). Karena bersifat wajib, maka seorang pengamal thariqah akan merasa bertanggung jawab untuk terus melaksanakan amalan tersebut, bahkan dalam keadaan sulit. Thariqah juga membantu menghilangkan hijab (penghalang) dalam diri, yang menyebabkan kelalaian dan lupa terhadap Allah Swt.

Orang yang ingin hatinya bersih hendaknya tertarik pada ajaran thariqah, karena dzikir yang terus menerus akan membuat hati menjadi tenang dan sabar dalam menghadapi berbagai masalah.

Kaitan Thariqah dan Syariat

Thariqah dan syariat adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena keduanya memiliki tujuan yang sama: mendekatkan diri kepada Allah Swt. Berthariqah tanpa menjalankan syariat adalah kesalahan karena berarti meninggalkan kewajiban agama.

Thariqah adalah buah dari syariat. Artinya, sebelum memasuki thariqah, seseorang harus melalui pintunya terlebih dahulu, yaitu syariat. Syariat mencakup seluruh aturan kehidupan, mulai dari akidah, keimanan, hingga hukum-hukum ibadah dan muamalah. Dengan memahami syariat, kita mengenal rukun iman dan rukun Islam secara benar.

Setelah memahami dan melaksanakan syariat dengan baik, barulah seseorang dapat melangkah menuju thariqah, yaitu tahap yang lebih tinggi dalam mengenal Allah. Thariqah bukan untuk semua orang, melainkan bagi mereka yang sudah cukup ilmunya dan telah memahami dasar-dasar syariat.

Seseorang yang hendak memasuki thariqah harus memahami sifat-sifat Allah (wajib, mustahil, jaiz), serta hukum-hukum ibadah seperti rukun wudhu dan shalat, serta hal-hal yang membatalkannya. Ia juga harus bisa membedakan mana yang halal dan haram. Jika syarat-syarat ini terpenuhi, maka ia boleh memasuki thariqah.

Antisipasi dalam Berthariqah

Sufisme atau tasawuf sudah dikenal luas, bahkan di kota-kota besar di berbagai negara. Namun, dalam mengikuti thariqah atau kelompok dzikir tertentu, kita harus selektif dan berhati-hati. Saat ini banyak kelompok yang mengatasnamakan Islam, namun menyimpang dari ajaran yang benar.

Hal utama yang perlu diperhatikan adalah aliran thariqah dan siapa guru atau mursyidnya. Meskipun dzikir yang dibaca berasal dari Rasulullah Saw., jika dipimpin oleh orang yang tidak memahami agama, bisa menyesatkan.

Menurut JATMAN (Jam’iyyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah), terdapat sekitar 70 thariqah mu’tabarah yang diakui. Suatu thariqah dikategorikan mu’tabarah jika:

  1. Ajarannya sesuai dengan syariat,
  2. Wirid yang diamalkan bersumber dari Rasulullah (ma’tsur),
  3. Memiliki silsilah yang jelas sampai kepada pendiri dan akhirnya sampai kepada Rasulullah Saw.

Guru thariqah harus memahami agama secara menyeluruh, menjalankan syariat dengan sempurna, termasuk amalan sunnahnya. Ia juga harus fasih membaca Al-Qur’an, karena kemampuan membaca Al-Qur’an menjadi indikator utama seorang ulama.

Antara Berthariqah dan Tidak

Bagaimana dengan orang yang tidak berthariqah? Pada dasarnya, seseorang boleh saja menempuh jalan menuju Allah secara pribadi. Namun, menempuh jalan spiritual bersama bimbingan seorang mursyid akan lebih terarah dan terjamin.

Ibarat orang pergi ke Mekkah untuk pertama kalinya, tentu akan lebih mudah jika ditemani oleh seseorang yang sudah berpengalaman dan mengenal tempat-tempat penting di sana. Demikian juga dengan thariqah—mursyid adalah pembimbing spiritual yang memastikan perjalanan mendekatkan diri kepada Allah berjalan dengan benar.

Agama Islam adalah agama yang fleksibel, tidak membebani umatnya melebihi kemampuannya. Namun demikian, tingkatan ibadah seseorang berbeda-beda sesuai dengan usaha yang dilakukan. Yang penting, jalan spiritual yang ditempuh tidak keluar dari batas-batas syariat.

Kaitan Thariqah dan Tasawuf

Tasawuf adalah usaha untuk meniadakan ego dan sepenuhnya menyerahkan jiwa dan raga kepada Allah Swt. Seorang sufi menjalani ritual dan amalan tertentu untuk menyucikan hati dan menyanjung kebesaran Allah.

Ajaran thariqah mencerminkan tiga tahap iman: Islam, Iman, dan Ihsan. Ihsan adalah menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya. Jika tidak mampu, yakinlah bahwa Allah melihat kita. Kesadaran ini membuat seseorang lebih berhati-hati dalam setiap perbuatan.

Tasawuf menjernihkan hati dan membersihkan hawa nafsu dari sifat tercela, seperti iri dan dengki. Ia menumbuhkan akhlak yang mulia dan kehidupan yang harmonis. Tasawuf juga tercermin dalam adab sehari-hari, seperti masuk kamar mandi dengan kaki kiri, membaca basmalah sebelum makan, dan bersyukur atas setiap rezeki.

Berthariqah dan Batasan Usia

Menunda belajar dzikir hingga tua sangat berisiko, karena kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Hati yang kotor sejak muda akan semakin keras jika tidak segera dibersihkan.

Apakah boleh mengikuti baiat thariqah meski masih belajar syariat? Boleh, bahkan dianjurkan. Yang penting adalah memahami ilmu syariat dasar terlebih dahulu. Tidak perlu menguasai semua cabang ilmu syariat, tetapi minimal mengenal sifat-sifat Allah, tata cara bersuci dan shalat, serta mengetahui halal dan haram.

Jika dasar-dasar ini sudah dimiliki, seseorang sudah boleh memasuki thariqah. Usia minimal untuk masuk thariqah biasanya 8 tahun. Bagi perempuan yang sudah menikah, perlu mendapat izin suami. Yang terpenting adalah niat yang benar: masuk thariqah agar dapat menjalankan ihsan, bukan karena mencari kehebatan atau khasiat dari guru mursyidnya.

 

KOIN NU PURWAKARTA

Scan QR Code di bawah atau klik tombol "Donasi Sekarang" untuk memberikan Koin NU via DANA.

QR Code Koin NU via DANA
Donasi Sekarang

Terima kasih atas dukungan Anda!

Disclaimer: Koin NU ini dikelola oleh PCNU Purwakarta.

Artikel ini telah dibaca 4 kali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cara Membersihkan Dosa

23 Oktober 2025 - 08:51 WIB

Lomba MQK Hari Santri Nasional 2025: Saatnya Santri Unjuk Ilmu Kitab Kuning

9 Oktober 2025 - 20:50 WIB

Ciri-ciri Taubat Seseorang yang Diterima Allah

7 Oktober 2025 - 08:46 WIB

Siapakah Musuh Allah? Berikut Penjelasannya

6 Oktober 2025 - 08:20 WIB

Yaumul Ijtima’ PCNU Purwakarta: Perkuat Tradisi Keilmuan Kitab Kuning dan Konsolidasi Organisasi

30 September 2025 - 18:08 WIB

Menyambut Bulan Maulid: Momentum Meneladani Akhlak Rasulullah

19 Agustus 2025 - 21:37 WIB

Trending di Keislaman