nupurwakarta.or.id – Pada Pilkada 2024 mendatang, peran kaum sarungan yang identik dengan Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Purwakarta diprediksi akan sangat menentukan. Para tokoh NU yang akrab disebut kaum sarungan ini diperkirakan mampu menguasai konstelasi politik lokal, terutama karena basis massa mereka yang kuat di setiap pelosok Purwakarta. Pengaruh mereka yang luas di masyarakat menjadikan kelompok ini sebagai pemain utama dalam perpolitikan daerah.
Dalam situasi politik saat ini, para calon bupati yang tengah berkampanye sudah semestinya memberikan perhatian khusus kepada kelompok kaum sarungan. Mereka tidak hanya sekadar pemilih, tetapi juga menjadi kekuatan sosial yang mampu mengarahkan suara para pendukung di tingkat akar rumput. Keberadaan mereka di tengah masyarakat sebagai pemimpin informal memberikan dampak besar pada dinamika politik lokal.
Kaum sarungan ini, yang sebagian besar berasal dari kalangan aktivis pesantren di bawah naungan Nahdlatul Ulama, memiliki posisi strategis. Selain memegang peran sebagai penggerak di komunitas santri, mereka juga sering kali menjadi tokoh konsolidasi di tingkat kampung dan desa. Dengan jaringan pesantren yang kuat, mereka membangun ikatan yang kokoh antara ulama, santri, dan masyarakat umum.
Baca juga : Warga NU Diminta Tetap Jaga Persaudaraan di Pilkada Purwakarta
Selain sebagai pemimpin agama, kaum sarungan ini juga dilihat sebagai simbol kekuatan moral yang berpengaruh dalam keputusan politik masyarakat. Mereka dianggap mampu menjaga stabilitas politik dan memberikan arahan dalam menentukan pilihan pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan lokal. Dalam konteks Pilkada 2024, peran ini menjadi semakin penting karena tingkat keterlibatan mereka dalam politik praktis semakin meningkat.
Berdasarkan survei terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI), populasi warga Nahdliyin atau Jam’iyah Nahdlatul Ulama di Kabupaten Purwakarta mencapai 55,7%. Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh masyarakat Purwakarta teridentifikasi sebagai bagian dari Nahdlatul Ulama. Dengan dominasi ini, kaum sarungan menjadi kunci utama dalam mengarahkan perolehan suara, terutama di kalangan santri dan simpatisan NU.
Sebaliknya, populasi masyarakat yang tidak terafiliasi dengan organisasi Islam manapun berada di angka 40%. Hal ini memperkuat dugaan bahwa basis massa Nahdlatul Ulama di Purwakarta sangat besar, sehingga strategi politik yang tidak melibatkan mereka berpotensi kehilangan dukungan yang signifikan. Bagi para calon bupati, menjalin hubungan yang kuat dengan kaum sarungan dan NU adalah langkah strategis yang tak terhindarkan.
Baca Juga : Purwakarta Gelar Serangkaian Kegiatan Meriah untuk Peringati Hari Santri Nasional 2024
Melihat besarnya pengaruh kaum sarungan, tidak berlebihan jika mereka disebut sebagai kekuatan penentu dalam Pilkada 2024. Para inohong atau tokoh NU ini, yang sudah terbukti mampu memobilisasi dukungan dalam pemilihan sebelumnya, diprediksi akan kembali berperan besar dalam menentukan hasil akhir. Oleh karena itu, calon pemimpin yang ingin menang harus pandai merangkul dan mendekati komunitas ini.
Dengan modal sosial yang kuat dan pengaruh yang luas, kaum sarungan di Purwakarta bukan sekadar bagian dari dinamika politik lokal, tetapi juga menjadi motor penggerak perubahan di tingkat masyarakat.***