Menu

Mode Gelap

Keislaman 20 Jul 2025 15:35 WIB

Mengenal 20 Sifat Wajib bagi Allah SWT dan Makna Dzikir “Afdhaludz Dzikri Fa‘lam Annahu Laa Ilaha Illallah”

Ilustrasi: Mengenal 20 Sifat Wajib bagi Allah SWT dan Makna Dzikir Perbesar

Ilustrasi: Mengenal 20 Sifat Wajib bagi Allah SWT dan Makna Dzikir "Afdhaludz Dzikri Fa‘lam Annahu Laa Ilaha Illallah" (freepik)

Oleh: Ust. Deden Yasin

Setiap Muslim wajib meyakini 20 sifat wajib bagi Allah SWT yang menunjukkan kesempurnaan-Nya. Sifat-sifat ini terbagi dalam empat kategori utama, yaitu: nafsiyah, salbiyah, ma‘ani, dan ma‘nawiyah. Pemahaman terhadap sifat-sifat ini merupakan bagian penting dalam memperkokoh aqidah Islam.

Berikut penjabaran ke-20 sifat wajib tersebut:

1. Sifat Nafsiyah (النفسية)

  • Wujūd (وجود)
    Artinya ada. Allah ada dengan sendirinya dan tidak bergantung pada siapa pun.

2. Sifat Salbiyah (السلبية)

  • Qidam (قِدَم)
    Artinya terdahulu. Allah telah ada sebelum segala sesuatu ada.
  • Baqā’ (بقاء)
    Artinya kekal. Allah tidak akan pernah binasa.
  • Mukhalafatu lil-ḥawādits (مخالفة للحوادث)
    Artinya berbeda dengan makhluk. Allah tidak menyerupai makhluk ciptaan-Nya.
  • Qiyāmuhu binafsih (قيامه بنفسه)
    Artinya berdiri sendiri. Allah tidak membutuhkan bantuan atau bergantung kepada apa pun.
  • Waḥdāniyyah (وحدانية)
    Artinya esa. Allah Maha Tunggal, tidak ada sekutu bagi-Nya.

3. Sifat Ma‘ani (المعاني)

  • Qudrah (قدرة)
    Artinya kuasa. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
  • Irādah (إرادة)
    Artinya berkehendak. Allah berkehendak terhadap semua ciptaan-Nya.
  • ‘Ilm (علم)
    Artinya mengetahui. Allah Maha Mengetahui segala hal.
  • Ḥayāh (حياة)
    Artinya hidup. Allah Maha Hidup dan tidak akan mati.
  • Sam‘ (سمع)
    Artinya mendengar. Allah Maha Mendengar segala sesuatu.
  • Baṣar (بصر)
    Artinya melihat. Allah Maha Melihat seluruh ciptaan-Nya.
  • Kalām (كلام)
    Artinya berkata-kata. Allah Maha Berfirman dengan kalam-Nya yang qadim.

4. Sifat Ma‘nawiyah (المعنوية)

Merupakan implikasi dari sifat ma‘ani dan menegaskan bahwa Allah memiliki sifat tersebut secara zat dan mutlak.

  • Qādiran (قادِرًا) – Maha Kuasa
  • Murīdan (مُريدًا) – Maha Berkehendak
  • ‘Āliman (عَليمًا) – Maha Mengetahui
  • Ḥayyan (حَيًّا) – Maha Hidup
  • Samī‘an (سَميعًا) – Maha Mendengar
  • Baṣīran (بَصيرًا) – Maha Melihat
  • Mutakalliman (مُتَكَلِّمًا) – Maha Berfirman

Pemahaman terhadap sifat-sifat ini penting untuk memperkuat keyakinan kepada Allah SWT dan membentengi akidah dari pemahaman yang menyimpang.

Makna Dzikir: Afdhaludz Dzikri Fa‘lam Annahu Laa Ilaha Illallah

Ungkapan “أفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ” sering digunakan dalam berbagai kajian dan majelis dzikir sebagai pembuka sebelum membaca kalimat tauhid “Lā ilāha illallāh.” Ungkapan ini memiliki makna yang dalam dan penuh penekanan.

Penjelasan Kalimat

  • “Afdhalu al-dzikri” (أفضل الذكر):
    Artinya “dzikir yang paling utama”. Merujuk pada dzikir yang paling utama untuk diucapkan oleh lisan dan diresapi oleh hati.
  • “Fa‘lam annahu” (فاعلم أنه):
    Artinya “maka ketahuilah bahwa…”. Merupakan ajakan untuk memahami dan menyadari kebenaran yang akan disebutkan setelahnya.
  • “Lā ilāha illallāh” (لا إله إلا الله):
    Artinya “Tiada Tuhan selain Allah”. Inilah kalimat tauhid, inti dari seluruh ajaran Islam.

Makna keseluruhan:
Sebaik-baik dzikir adalah memahami dan mengucapkan kalimat tauhid “Lā ilāha illallāh.” Ucapan ini bukan sekadar lisan, melainkan harus disertai pemahaman dan keyakinan mendalam.

Perbedaan Pendapat Ulama

Sebagian ulama mempersoalkan penggunaan frasa “Afdhaludz dzikri fa‘lam annahu” sebelum kalimat tauhid karena dianggap memengaruhi struktur gramatikal (i‘rāb) dalam bahasa Arab. Namun, ulama lain berpendapat bahwa ungkapan tersebut sah digunakan karena memiliki dalil dan konteks yang menekankan pentingnya memahami kalimat tauhid, bukan sekadar mengucapkannya.

Ungkapan “Afdhaludz dzikri fa‘lam annahu Lā ilāha illallāh” merupakan bentuk ajakan untuk menyadari pentingnya dzikir utama dalam Islam, yaitu kalimat tauhid. Meskipun terdapat perbedaan pandangan dalam penggunaannya, yang paling utama adalah pemahaman dan pengamalan isi dari kalimat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Wallāhu a‘lam biṣ-ṣawāb.

Penulis adalah pegiat sosial dan keagamaan.

 

KOIN NU PURWAKARTA

Scan QR Code di bawah atau klik tombol "Donasi Sekarang" untuk memberikan Koin NU via DANA.

QR Code Koin NU via DANA
Donasi Sekarang

Terima kasih atas dukungan Anda!

Disclaimer: Koin NU ini dikelola oleh PCNU Purwakarta.

Artikel ini telah dibaca 17 kali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Cara Membersihkan Dosa

23 Oktober 2025 - 08:51 WIB

Lomba MQK Hari Santri Nasional 2025: Saatnya Santri Unjuk Ilmu Kitab Kuning

9 Oktober 2025 - 20:50 WIB

Ciri-ciri Taubat Seseorang yang Diterima Allah

7 Oktober 2025 - 08:46 WIB

Siapakah Musuh Allah? Berikut Penjelasannya

6 Oktober 2025 - 08:20 WIB

Yaumul Ijtima’ PCNU Purwakarta: Perkuat Tradisi Keilmuan Kitab Kuning dan Konsolidasi Organisasi

30 September 2025 - 18:08 WIB

Menyambut Bulan Maulid: Momentum Meneladani Akhlak Rasulullah

19 Agustus 2025 - 21:37 WIB

Trending di Keislaman