Menu

Mode Gelap

Opini ˇ¤ 14 Agu 2025 08:50 WIB

Sejarah Pasti Berulang

Ilustrasi Perbesar

Ilustrasi

Oleh Satria Cinta

Masih ingat beberapa tahun silam, pernah viral dan menghebohkan jagat Nusantara kisah seorang yang gemar membagikan uang, bahkan uang itu dibawa menggunakan mobil pikap? Ya, siapa lagi kalau bukan Syeh Puji—yang juga sempat menggemparkan publik karena menikahi seorang gadis di bawah umur. Lalu, ke mana sekarang Syeh Puji? Bagaimana dengan aksi pamer dan bagi-bagi uangnya?

Dalam perjalanan saya kemarin dari Pekalongan menuju Purwakarta, saya bertemu dengan seorang narasumber yang pernah berbincang langsung dengan Syeh Puji. Menurutnya, pertemuan itu terjadi di sebuah pesantren di Cianjur.

Berdasarkan penuturan narasumber, kedatangan Syeh Puji ke Cianjur kala itu dilatarbelakangi kegelisahan hati atas apa yang telah ia lakukan. Syeh Puji menyadari bahwa uang yang dibagikan bukanlah miliknya. Namun, setiap hari banyak orang datang mengantre untuk meminta sumbangan, tak jarang sambil memuji-muji secara berlebihan—mungkin bisa disebut “menjilat.”

Masih menurut narasumber, aksi Syeh Puji tersebut tidak sepenuhnya murni keinginan pribadinya. Ada aktor intelektual di balik semua itu. Artinya, uang yang dibagikan bukan milik Syeh Puji sendiri. Jika sewaktu-waktu pemilik uang tersebut menarik kembali hartanya karena suatu alasan, maka Syeh Puji akan kembali menjadi dirinya yang “sebenarnya.”

Baca Juga  Opini: Cyberbullying di Ruang Akademik Digital, Saatnya STAI Al Badar Cipulus Introspeksi

Alhamdulillah, baru-baru ini Syeh Puji mewakafkan sebidang tanah untuk sebuah pesantren di Jawa Timur. Kini, ia dikabarkan menjadi pribadi yang lebih baik dan hidup dengan penuh ketenangan.

Sejarah pasti berulang. Sosok-sosok seperti Syeh Puji mungkin akan kembali muncul di zaman ini. Hanya orang yang benar-benar ikhlas karena Allah yang mampu melihat fenomena ini dengan jernih. Di satu sisi, mereka terlihat sebagai dermawan karena framing media dan tim pendukungnya. Namun, di sisi lain, tak sedikit orang yang menjadi korban kezhaliman dan kebohongan.

Bagi para penjilat, orang seperti ini adalah ladang dan sumber “basah.” Namun, bagi mereka yang berani mengatakan bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah, mereka justru akan dihabisi sebisa mungkin. Bahkan, ada oknum ustaz yang pekerjaannya mencari-cari dalil untuk membenarkan tindakan tertentu demi mendapatkan imbalan.

Baca Juga  Ketika Gerobak Lebih Berharga dari Dagangan: Potret Nestapa Rakyat Kecil

Satu ungkapan dari narasumber yang sangat saya sukai adalah:

“Jika seseorang memang dermawan ikhlas karena Allah, ia akan mendahulukan orang yang membutuhkan, tanpa banyak pikir, tanpa syarat ini dan itu, tanpa harus lapor sana sini atau minta rekomendasi sana sini.”

Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari semua peristiwa, karena selalu ada hikmah di baliknya. Bahkan kesombongan Firaun dan Qarun sekalipun merupakan pelajaran bagi orang-orang yang mau menggunakan akalnya.

Ditulis pada Sabtu, 13 Agustus 2022

 

KOIN NU PURWAKARTA

Scan QR Code di bawah atau klik tombol "Donasi Sekarang" untuk memberikan Koin NU via DANA.

QR Code Koin NU via DANA
Donasi Sekarang

Terima kasih atas dukungan Anda!

Disclaimer: Koin NU ini dikelola oleh PCNU Purwakarta.

Artikel ini telah dibaca 51 kali
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Baca Lainnya

[OPINI] Gus Yaqut, KPK, dan Nama PBNU yang Disebut-sebut

20 September 2025 - 19:36 WIB

[OPINI] IPNU Purwakarta: Pemimpin Baru yang Hanya Jadi Wayang

14 September 2025 - 15:47 WIB

Menguji Demokrasi Indonesia Pasca Reshuffle Kabinet

10 September 2025 - 09:43 WIB

Masyarakat dan Polisi: Dua Korban dalam Tata Kelola Negara yang Ugal-ugalan

30 Agustus 2025 - 08:47 WIB

Hidangan Mewah di Atas Darah Rakyat

29 Agustus 2025 - 11:42 WIB

Jika Indonesia Gelap, Terangilah!

14 Agustus 2025 - 08:43 WIB

Trending di Opini
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x