KH. Ahmad Anwar Nasihin, Ketua PCNU Purwakarta dan pemimpin Pondok Pesantren Raudlatut Tarbiyyah, bukanlah sekadar figur religius.
Ia adalah seorang pemimpin yang mengintegrasikan dakwah dengan pembangunan sosial, ekonomi, dan politik di Purwakarta, menciptakan gerakan holistik yang inspiratif.
Kiprahnya yang luas tercermin dalam lima pilar utama dakwahnya:
1. Menyatukan Umat, Membangun Persatuan
KH. Anwar Nasihin tak hanya memimpin, tetapi juga membangun jembatan.
Inisiatifnya membentuk Forum Silaturahmi Ormas Islam Purwakarta, yang menyatukan NU, Muhammadiyah, PUI, Persis, dan LDII, menjadi bukti nyata komitmennya dalam memperkuat persatuan umat.
Forum ini menjadi wadah diskusi penting, membahas isu-isu keumatan dan kebangsaan, serta merumuskan rekomendasi politik yang berpihak pada kemaslahatan masyarakat Purwakarta.
Bahtsul masail rutin digelar untuk memastikan setiap keputusan didasari pemahaman agama yang mendalam.
2. Pendidikan sebagai Pondasi Dakwah
Pondok Pesantren Raudlatut Tarbiyyah di bawah kepemimpinannya bukan sekadar lembaga pendidikan agama.
Ia mengintegrasikan kurikulum keagamaan dengan keterampilan ekonomi, seperti peternakan sapi, untuk menciptakan kemandirian santri.
Lebih dari itu, KH. Anwar Nasihin aktif membina generasi muda NU melalui IPNU-IPPNU dan GP Ansor, mencetak kader-kader yang siap menjadi garda terdepan dalam melawan radikalisme dan menjaga tradisi Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).
3. Dakwah yang Memberdayakan
KH. Anwar Nasihin membuktikan bahwa dakwah bisa berwujud nyata dalam pembangunan ekonomi. Peternakan Sapi Linggar Keramat, misalnya, tak hanya menghasilkan pendapatan untuk pesantren dan program sosial, tetapi juga mengajarkan nilai kemandirian ekonomi yang dipraktikkan Rasulullah SAW.
Kolaborasi dengan ormas lain, seperti Muhammadiyah dan LDII, dalam proyek sosial seperti bantuan pendidikan dan kesehatan, semakin memperkuat dampak positif gerakan dakwahnya.
4. Arah Politik yang Berintegritas
KH. Anwar Nasihin menyerukan agar NU menjadi aktor utama perubahan di Purwakarta, termasuk dalam ranah politik.
Ia menekankan netralitas organisasi NU dalam Pilkada, sembari mendorong kader untuk memilih pemimpin yang berintegritas, pro-keumatan, dan anti-korupsi.
Pendekatan amar ma’ruf nahi munkar menjadi landasan edukasi politik yang ia usung.
5. Menebar Inspirasi Lewat Tulisan
KH. Anwar Nasihin juga aktif menuangkan pemikirannya dalam tulisan, seperti esai “Makna Berkhidmah di NU”.
Esai tersebut menekankan pentingnya pengabdian dengan mengedepankan prinsip moderasi (tawasuth), toleransi (tasamuh), dan keseimbangan (tawazun) dalam berdakwah.
“NU harus diikuti pihak lain, bukan sekadar mengikuti,” ungkapan ini merepresentasikan semangat kepemimpinan KH. Anwar Nasihin. Ia ingin NU menjadi pelopor perubahan, bukan sekadar pengikut arus.
Kearifan dan kebijaksanaan selalu ia temukan melalui bimbingan Rois Syuriah NU Purwakarta, KH Endang Abdul Somad.
KH. Ahmad Anwar Nasihin telah menunjukkan bahwa dakwah bisa menjadi kekuatan transformatif yang holistik, menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat Purwakarta menuju kemajuan yang berkelanjutan.
Gerakannya yang mengintegrasikan pendekatan kultural dan struktural menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin agama lainnya di Indonesia.