Pada tahun 1957, pesantren sempat mengalami pembubaran akibat gangguan keamanan dari DI/TII. Namun, semangat untuk meneruskan perjuangan para leluhur tetap berkobar. Pada tahun 1963, K.H. ‘Izzuddin, putra dari Kyai Syu’eib, mendirikan kembali pesantren di kampung Cipulus. Beliau membangun rumah yang dilengkapi dengan langgar sederhana di atas tanah wakaf seluas 0,25 hektar.
Perkembangan Pesat dan Transformasi
Pesantren Al-Hikamussalafiyah berkembang pesat. Jumlah santri terus meningkat, sehingga asrama sederhana pun dibangun untuk menampung mereka. Masjid kemudian diperluas menjadi 0,50 hektar, dan pesantren diberi nama “Sukalaksana”. Pada tahun 1975, atas saran para tokoh dan simpatisan, nama pesantren diubah menjadi “Al-Hikamussalafiyah”, yang berarti pesantren yang mengikuti jalan ulama salaf.
Setelah wafatnya K.H. ‘Izzuddin pada tahun 1999, kepemimpinan pesantren dipegang penuh oleh Syaikhuna Al-mukarrom KH. Adang Badrudin (Abah Cipulus). Di bawah kepemimpinannya, pendidikan pesantren terus dikembangkan, dan jumlah santri terus meningkat setiap tahunnya.
Pengakuan dan Apresiasi
Perjalanan panjang dan perjuangan yang luar biasa dari Pondok Pesantren Al-Hikamussalafiyah Cipulus mendapatkan pengakuan dan apresiasi dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Pada acara 1 Abad NU, pesantren ini dianugerahi penghargaan sebagai pesantren tua di Jawa Barat, yang diberikan di Teater Tanah Airku Taman Mini Indonesia (TMII), Jakarta, pada Selasa (31/1/2023).
Pengasuh Pesantren Cipulus, H. Hadi M. Musa Said, menyatakan bahwa penghargaan ini merupakan suatu hal yang sangat berharga dan membanggakan. Ia berharap pesantren menjadi role model pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
KOIN NU PURWAKARTA
Scan QR Code di bawah atau klik tombol "Donasi Sekarang" untuk memberikan Koin NU via DANA.

Donasi Sekarang
Terima kasih atas dukungan Anda!
Disclaimer: Koin NU ini dikelola oleh PCNU Purwakarta.